Kamis, 27 September 2012

YAHSHUA, YAHUDI DAN YUDAISME (1)


YAHSHUA, YAHUDI DAN YUDAISME (1)


( PDT. TEGUH HINDARTO, MTH) 

Beberapa waktu yang lalu, ada seseorang yang mengirim pesan singkat [SMS] melalui Hand Phone yang menyatakan demikian, “…Saya adalah anggota gereja dari denominasi tertentu, tapi jauh sebelum mengenal Nafiri Yahshua Ministry ini, Saya tertarik dan berpikir bahwa Yesus adalah orang Yahudi, lantas timbul pertanyaan, dimanakah Kekristenan/Yesus yang yahudi tersebut? Dan Saya rasa Nafiri Yahshua Ministry adalah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dari keingintahuan Saya…”. Mungkin Anda juga menjadi salah satu orang dari sekian banyak orang yang mengaku sebagai pengikut ajaran Yahshua Sang Mesias yang bertanya sebagaimana pertanyaan di atas. Namun mengapa jika Yahshua adalah Mesias Yahudi, kita tidak menemukan jejak atau ekspresi Keyahudian dalam ekspresi ibadah maupun ungkapan pokok-pokok iman kita? Sebaliknya, justru kita melihat berbagai ekspresi penghayatan yang bersifat Eropa, Amerika, Yunani tentang Yahshua dalam komunitas-komunitas Kristen. Ekspresi-ekspresi ibadah dan ungkapaan iman tersebut nampak dalam hal-hal berikut: Perayaan Christmass yang sarat dengan konsumerisme, perayaan Easter yang sarat dengan kegiatan pernak-pernik mewarnai telur, Ibadah hari Minggu sebagai pertemuan ibadah kekristenan, kontroversi penggunaan istilah Trinitas dalam konsep Ketuhanan, ketiadaan syariah agama, yang terekspresi dalam berbagai bentuk kebebasan dalam memakan segala makanan, kebebasan dalam menggunakan pakaian, ketiadaan tertib tertentu dalam berdoa dan menghadap Tuhan, dll.



Sebelum kita mendalami lebih jauh hilangnya ekspresi Keyahudian yang seharusnya dimiliki pengikut Mesias diseluruh dunia, marilah kita mendalami lebih jauh mengenai Keyahudian Yahshua. Dengan menyatakan aspek Keyahudian Yahshua, bukan berarti kita meniadakan aspek Ontologis Yahshua sebagai Sang Firman yang menjadi manusia, namun kita hendak mendalami aspek Anthropologis Yahshua sebagai Firman yang menjadi Manusia. Manusia Elohim itu lahir dalam konteks ruang dan waktu, yaitu Yerusalem yang dijajah dan dikuasai Pemerintahan Romawi. Konteks kebudayaan dan keagamaan tertentu, yaitu Yahudi dan Yudaisme. Firman yang menjadi manusia demi tugas penyelamatan dunia dan manusia, demi memperdamaikan perseteruan antara manusia dengan Elohim itu, tidak lahir dalam ruang kosong yang bersifat metahistoris. Dia datang dalam suatu lingkup kehidupan, peradaban dan kebudayaan serta peradaban Yahudi dan Yudaisme.


NUBUAT MENGENAI “KENAF” DAN “ISH YEHUDI”
DALAM ZAKHARYAHU 8:23

Kedatangan Mesias yang dijanjikan oleh Yahweh Bapa Surgawi, Sang Pencipta Semesta, melalui mulut para nabi, sangat intensif disebutkan dalam TaNaKh. Salah satu dari nubuat tersebut memberikan identifikasi mengenai GARIS ETNIS Mesias. Dalam ZakharYahu 8:21-23 dikatakan:
Beginilah firman Yahweh Semesta Alam: "Masih akan datang lagi bangsa-bangsa dan penduduk banyak kota. Dan penduduk kota yang satu akan pergi kepada penduduk kota yang lain, mengatakan: Marilah kita pergi untuk melunakkan hati Yahweh dan mencari Yahweh Semesta Alam! Kami pun akan pergi! Jadi banyak bangsa dan suku-suku bangsa yang kuat akan datang mencari Yahweh Semesta Alam di Yerusalem dan melunakkan hati Yahweh." Beginilah firman Yahweh semesta alam: "Pada waktu itu sepuluh orang dari berbagai-bagai bangsa dan bahasa akan memegang kuat-kuat punca jubah seorang Yahudi dengan berkata: Kami mau pergi menyertai kamu, sebab telah kami dengar, bahwa Elohim menyertai kamu!"
Frasa "Pada waktu itu sepuluh orang dari berbagai-bagai bangsa dan bahasa akan memegang kuat-kuat punca jubah seorang Yahudi…” dalam teks Ibrani berbunyi sbb: : “Bayamim hahemmah asher yakhziqu asyarah anashim mikol leshonot hagoyim wehekheziqu biknaf ish Yehudi…”. Ada dua kata penting dalam ayat 23,yaitu “punca jubah” [kenaf] dan “orang Yahudi” [Ish Yehudi].

Apa yang dimaksudkan dengan kata “kenaf?” Istilah punca jubah, akan dipahami maknanya, jika kita memahami latar belakang perintah Yahweh bagi Bangsa Yishrael dalam Sefer Bamidbar/Bilangan 15:37-40 sbb: “Yahweh berfirman kepada Moshe: "Berbicaralah kepada orang Yishrael dan katakanlah kepada mereka, bahwa mereka harus membuat jumbai-jumbai pada punca baju mereka, turun-temurun, dan dalam jumbai-jumbai punca itu haruslah dibubuh benang ungu kebiru-biruan. Maka jumbai itu akan mengingatkan kamu, apabila kamu melihatnya, kepada segala perintah Yahweh, sehingga kamu melakukannya dan tidak lagi menuruti hatimu atau matamu sendiri, seperti biasa kamu perbuat dalam ketidaksetiaanmu terhadap Yahweh. Maksudnya supaya kamu mengingat dan melakukan segala perintah-Ku dan menjadi kudus bagi Elohimmu.
Frasa “jumbai-jumbai pada punca baju mereka” dalam teks Ibrani berbunyi, “tsit-tsit al kanfey bigdeyhem” dan frasa “jumbai-jumbai punca itu haruslah dibubuh benang ungu kebiru-biruan” dalam teks Ibrani berbunyi, “al tsit-tsit hakanaf petil tekhelet” . Untuk memudahkan Anda memahami bagaimana bentuk “Tsit-tsit”, silahkan memperhatikan gambar berikut:






Tsit-tsit tersebut dalam bentuk modern, biasanya dirangkai dengan syal atau jubah yang dinamakan Tallit, sebagaimana di bawah ini.





Dan jika dipakai lengkap oleh seorang Yahudi modern, entahkah dia seorang Rabbi atau bukan Rabbi, akan terlihat demikian.





Dari pemaparan di atas dengan disertai ilustrasi, kiranya memudahkan Anda memvisualisasikan sosok manusia Ibrani yang menggunakan Tsit-Tsit. Fungsi Tsit-tsit adalah untuk [uzekartem et kol mitswot Yahweh] mengingat seluruh perintah-perintah Yahweh untuk kemudian didorong melakukannya [lema’an tizkeru weasyitem et kal mitsotaiw].

Dengan latar belakang mengenai arti dan penggunaan “Tsit-tsit” pada “kanaf” atau ujung tepi jubah atau pakaian pada tiap-tiap Bangsa Yishrael, maka kita dapat memahami apa yang dimaksudkan dengan kata “punca jubah” [Kanaf] dalam ZakharYahu 8:23, bahwa bangsa-bangsa non Yahudi akan memegang Tsit-tsit tersebut. Ini menubuatkan bahwa bangsa non Yahudi [Goyim] akan mengikuti kepercayaan yang dianut oleh Bangsa Yishrael pada umumnya dan suku Yahudi khususnya. Keselamatan pertama-tama ditujukan bagi Bangsa Yishrael itu sendiri, kemudian diperluas kepada bangsa-bangsa lain.

Siapa yang dimaksudkan dengan “Ish Yehudi?” Dialah Mesias yang dijanjikan. Ketika Yahshua datang dan berkarya di bumi Palestina dan kembali duduk di sebelah kanan Bapa serta kisah kehidupan dan ucapan atau ajaran-Nya dituliskan dalam keempat Besorah [Injil], teranglah bahwa tokoh yang dimaksudkan adalah Yahshua sendiri. Yahshua adalah “Ish Yehudi” yang diamksudkan dalam Zakharyahu 8:23.


BUKTI-BUKTI BAHWA YAHSHUA ADALAH ISH YEHUDI

Apakah bukti-bukti yang menguatkan bahwa Yahshua adalah “Ish Yehudi?” Pertama, garis silsilah Yahshua [Mat 1:1-17, Luk 3:23-28]. Silsilah yang dilaporkan oleh MatitYahu mengambil garis Yahshua dari Shelomo anak Dawid, Raja Yishrael [Mat 1:6] dan jika ditarik terus ke atas, sampailah pada leluhur Mesias, yaitu Yahuda yang merupakan anak Ya’aqov, anak Yitskhaq, anak Avraham, sebagai anak pewaris perjanjian kekal Yahweh dengan keturunan Avraham. Sementara silsilah yang dilaporkan Lukas mengambil garis dari Nathan anak Dawid yang lain [Luk 3:32], hingga sampai Avraham dan terus sampai kepada Adam. Asal-usul kesukuan Yahshua ditegaskan kembali dalam Ibrani 7:14, “Sebab telah diketahui semua orang, bahwa Tu[h]an kita berasal dari suku Yahuda dan mengenai suku itu Moshe tidak pernah mengatakan suatu apa pun tentang imam-imam”.

Kedua, gaya berpakaian yang mencirikan seorang Yahudi. Dilaporkan dalam MatitYahu 9:20, “Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan [zavat dam] maju mendekati Yahshua dari belakang dan menjamah jumbai [biknaf] jubah-Nya”. Apa yang dimaksudkan dengan “jumbai jubah-Nya?” Itulah ujung tepi jubah dimana terikat Tsit-tsit yang mencirikan seorang laki-laki Yahudi berpakaian. Kita tidak tahu apakah perempuan ini seorang Yahudi atau Goyim, namun nubuatan ZakharYahu secara tidak langsung genap dalam diri Yahshua.

Ketiga, Mengalami prosesi Brit Millah atau Sunat pada hari ke delapan, sesuai Torah, sebagai bagian dari tanda fisik perjanjian antara keturunan Avraham dengan Yahweh Semesta Alam. Lukas 2:21-24 melaporkan, “Dan ketika genap delapan hari dan Dia harus disunatkan [lehimol], Dia diberi nama Yahshua, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Dia dikandung ibu-Nya. Dan ketika genap waktu pentahiran [tahoram], menurut Torah Moshe, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Yahweh, seperti ada tertulis dalam Torat Yahweh: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Elohim", dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam Torat Yahweh, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.

Keempat, mengalami prosesi Bar Mitswah. Bar Mitswah didefinisikan sebagai:
“A Jewish ceremony which takes place on the Sabbath after a boy’s thirteenth birthday. During this initiation rite the Bar Mtswah boy reads publicly in Hebrew from the scroll of the Torah for the first time and accepts the commandements of his faith; the words ‘Bar Mitswah’ actualy mean ‘Son of a Commandement’. From this moment onwards, he is seen as a responsible adult and as a member of the religious community. Girls can take part in a similar ceremony, known as Bat Mitswah”[f1].
Artinya, upacara Yahudi yang di letakkan pada Hari Sabat, setelah anak lelaki berusia tiga belas tahun. Selama upacara peneguhan Bar Mitswah ini, anak lelaki membaca gulungan Torah di hadapan orang banyak, dari bahasa Ibrani Abad Pertama dan menerima perintah-perintah sesuai keyakinannya; kata Bar Mitswah sesungguhnya bermakna Putra Perjanjian. Dari kata ini kemudian dia dipandang sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab dan sebagai anggota dari komunitas keagamaan. Anak-anak wanita dapat mengambil bagian upacara yang sama yang dikenal dengan sebutan Bat Mitswah.

Dari penjelasan di atas, kita melihat dalam Lukas 2:41-52, di mana Yahshua mulai muncul pada usia 12 tahun dan kemunculan di usia 12 tahun itu dimulai di Bait Suci, saat kedua orang tuanya melaksanakan perayaan tahunan Pesakh. Dalam terjemahan versi Orthodoxs Brit Khadasha dikatakan demikian, “And his horim (parents) used to make aliyah leregel (pilgrimage) to Yerushalayim shanah bshanah (year by year) for Chag HaPesach (the Feast of Pesach). [SHEMOT 23:15; DEVARIM 16:1-8]. And when he became a bocher of twelve years of age, they made aliyah leregel (pilgrimage), as usual, according to the mitzvah and minhag of the Chag” [f2].
Kedatangan orang tua Yahshua ke Yerusalem merupakan suatu perjalanan ziarah ke Yerusalem [aliyah] setiap tahun yang jatuh pada Perayaan Pesakh. Lebih jauh lagi Bambang Noorsena memberikan komentar, “Mengapa [Yahshua] muncul pada usia 12 tahun? Karena usia 12 bagi tradisi Yahudi zaman [Yahshua] begitu penting. Seorang anak-anak lelaki Yahudi harus melakukan upacara yang disebut Bar Mitswah [anak Hukum]. Menurut legenda Yahudi, pada usia 12 tahun Nabi Musa meninggalkan rumah putri Fir’aun. Pada usia yang sama Samuel menerima suara yang berisi visi Ilahi dan Salomo mulai menerima hikmat [Elohim] dan Raja Yosia menerima visi reformasi agung di Yerusalem” [f3]
Fakta ini menuntun kita pada suatu pemahaman terhadap latar belakang kebudayaan dan keagamaan Yahudi Abad Pertama. Dan Yahshua lahir dan hidup dalam konteks keagamaan dan kebudayaan tersebut.

Kelima, membaca Torah dan beribadah Sabat. Dikatakan dalam Lukas 4:16, ”Da datang ke Nazaret tempat Dia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Dia masuk ke Sinagog, lalu berdiri hendak membaca dari Gulungan Kitab”. Yahshua melakukan Aliyah [menaikkan Torah] di Sinagog Yahudi yang jatuh pada tiap hari Shabat. Jika kita membaca terjemahan Orthodox Brit Khadasha, akan nampak idiom-idiom Yahudi dalam teks tersebut sbb: “And he came to Natzeret, the shtetl of his guddal (being brought up) and he entered according to his minhag on Yom HaShabbos into the shul and was given an aliyah as the Baal Koreh. [After the Hagbah], Rebbe, Melech HaMoshiach was presented with the megillat sefer Yeshayah and having unrolled the megillah, Rebbe Melech HaMoshiach found the dvar where it had been written”3
Perhatikan kata-kata kunci seperti “shul” atau persamaan untuk Sinagog. Istilah “Baal Koreh” nama lain bagi Kitab Suci. Lalu istilah “megillat sefer YeshaYah” atau gulungan Kitab Suci nabi YeshaYah. Fakta ini menjelaskan bagaimana tradisi dan penghayatan keagamaan pada saat itu yang menghormati Kitab Suci yang setara dengan kehadiran Yahweh sendiri dan memiliki tata cara tersendiri dalam memperlakukannya. Jika kita proyeksikan gambaran Yahshua membaca Torah di Sinagog kurang lebih sbb:






Keenam, melaksanakan Sheva Moedim atau Tujuh Hari Raya yang ditetapkan Yahweh. Sheva Moedim artinya Tujuh Hari Raya yang merupakan ketetapan Yahweh [Imamat 23:1-44]. Sheva Moedim bukan hanya merupakan perayaan panen, namun suatu perayaan momentum perbuatan Yahweh bagi umat-Nya di masa lalu serta perayaan yang bersifat propetik Mesianik. Nama ketujuh Hari Raya tersebut adalah: Pesakh , Hag ha Matsah [Roti Tidak Beragi], Hag Sfirat ha Omer [Buah Sulung], Hag Shavuot [Pentakosta], Hag Rosh ha Shanah/Yom Truah [Tahun Baru/peniupan Sangkakala], Hag Yom Kippur [Pendamaian] dan Hag Yom Sukkot [Pondok Daun].

Dari ketujuh Hari Raya tersebut, ada tiga Hari Raya besar yang diperingati setiap tahun dengan berkumpul di Yerusalem, yaitu Pesakh, Shavuot dan Sukkot [Ulangan 16:16-17]. Kitab Perjanjian Baru [Brit ha Khadasha] mencatat tiga perayaan penting tersebut dihadiri oleh Yahshua, baik saat Yahshua mulai beranjak remaja maupun sudah mulai dewasa dan melakukan karya Mesianik-Nya. Yahshua menghadiri Perayaan Pesakh bersama kedua orang tua-Nya [Luk 2:41-42]. Yahshua merayakan Sukkot bersama murid-murid-Nya [Yoh 7:1-13].

Kesimpulan apakah yang dapat kita peroleh setelah kita melakukan induktifikasi data sebagaimana telah dilakukan di atas? Bahwasanya Yahshua, secara genealogis antropologis dan sosiaologis merupakan seorang Yahudi sejati. Keyahudian tersebut dinampakkan dalam gaya berpakaian dan sikap keagamaan yang bersifat Yudaistik. Kesimpulan ini sejalan dengan kesimpulan yang dibuat Anton Wessel sbb:
“[Yahshua] bukan orang Kristen, tetapi orang Yahudi! Ucapan Jullius Wellhausen ini menjadi terkenal dan sering dikutip orang. Pernyataan ini pada dasarnya sangat sederhana dan jelas, sekalipun tidak dapat dikatakan bahwaq orang Kristen selalu menyadari betapa luas arti pernyataan ini. Ungkapan ini menyatakan-betapa mungkin secara mengejutkan-betapa sering orang Kristen kira, bahwa mereka sudah memahami dan mengetahui seluruh pribadi-Nya. Mereka lupa bahwa ‘keselamatan datang dari bangsa Yahudi’, sebagaimana terungkap dalam percakapan [Yahshua] di sumur dengan perempuan Samaria itu [Yoh 4:22]” [f4].



Footnote:
[f1] : Richard Kennedy, The Dictionary of Beliefs: An Ilustrated guide to world religions and beliefs, Ward Lock Educational, 1984, p. 29
[f2] : The Orthodox Jewish Brit Chadasha © 1996 by Artists For Israel International New York, New York 10163. All rights reserved
[f3] : Menuju Dialog Teologis Kristen & Islam, Yogyakarta: ANDI Offset, 2001, hal 113
[f4] : Memandang Yesus : Gambar Yesus Dalam Berbagai Budaya, Jakarta : BPK, 1990, hal 19




PDT. TEGUH HINDARTO, MTH
NAFIRI YAHSHUA MINISTRY



Finally I want to say:
"YHWH ELOHEINU WE AVOTENU YEVAREK ETKEM BE SHEM YAHSHUA MOSHIENU. AMN.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar